Ficture

Ficture
Ficture

Rabu, 13 Maret 2013

Linda Gumelar Minta Pengobatan Gratis Bagi Pasien Kanker Payudara

Linda Gumelar Minta Pengobatan Gratis Bagi Pasien Kanker Payudara
Kamis, 14 Maret 2013 | 9:10
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar
[JAKARTA] Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar minta kepada semua pihak untuk peduli dan menjemput bola bagi pasien kanker payudara yang tidak mampu. Selain untuk pengobatan yang mahal, biaya pemeriksaan dan deteksi dini mesti digratiskan.  

Linda yang adalah pendiri dan dewan pembina Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mengatakan, mahalnya biaya pengobatan kanker payudara menyebabkan sebagian perempuan, terutama di pelosok,  takut untuk memeriksakan diri dan divonis positif.

Di samping itu,  penyakit ini menyebabkan hilangnya produktifitas perempuan, dan menciptakan kemiskinan baru dalam masyarakat.  
“Padahal dengan deteksi dini kemungkinan besar mencegah kanker berkembang lebih parah, dan  kalau pun sudah ada kanker deteksi awal membantu menyembuhkan lebih sempurna. Banyak contoh perempuan, seperti saya, dan Rima Melati sebagai ketua YKPJ,  yang sembuh karena terdeteksi lebih awal,” kata Linda di sela-sela acara penyerahan bantuan dana dari Himpunan Ratna Busana kepada YKPJ, di Jakarta, Rabu (14/3). 

Bantuan tersebut terdiri dari satu unit mobil mamografi, 1 mobil karoseri, dan sejumlah uang tunai.  

Menurut Linda, YKPJ sendiri  telah bekerja sama dengan pemda DKI Jakarta terkait dengan pengobatan gratis bagi pasien miskin melalui skema Jamkesda, dan Rumah Sakit Dharmais, untuk pemeriksaan dan pengobatan gratis. 

Namun, kata Linda, yang terpenting adalah bagaimana menanamkan kesadaran untuk mencegah sejak awal.  

Mengacu pada data Organsiasi Kesehatan Dunia (WHO), Linda mengatakan, setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara, dan 5 juta di antaranya meninggal dunia. 

Di Indonesia,  penyakit ini adalah pembunuh terbanyak nomor dua pada perempuan setelah kanker leher rahim (serviks).  

Meskipun angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara tinggi di masyarakat, kesadaran perempuan untuk melakukan deteksi dini masih rendah.

Hal ini antara lain  karena kurang pemahaman akibat minim informasi, dan kalau pun sudah mengetahuinya tetap diabaikan,  serta sibuk dengan urusan lain.

Akibatnya, umumnya kasus kanker payudara di Indonesia ketika ditemukan sudah pada stadium lanjut, sehingga angka kematian pun lebih tinggi.  

Linda yang juga adalah survival kanker payudara mengimbau perempuan untuk tidak takut melakukan deteksi dini, baik sebelum maupun ketika ada gejala. 

Minimal, lakukan pemeriksaan payudara sendiri (sadari) di rumah, dan jika ditemukan kelainan atau perubahan pada payudara segera periksakan diri ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.  

Ketua YKPJ Rima Melati mengatakan, pihaknya tidak hanya melalukan sosialisasi ke lima wilayah di Jakarta, melainkan juga sampai ke pelosok, seperti di Kalimantan. Sosialisasi tentang pencegahan dan deteksi dini perlu ditingkatkan.  

“Yang penting jaga gaya hidup, seperti hindari junk food yang banyak pengawetnya, jauhi alkohol dan rokok. Semua faktor ini bisa memicu,” katanya.  

Menurutnya, kanker payudara pada awalnya tidak menunjukkan gejala, sehingga tanpa pemeriksaan untuk pengobatan dini, sel kankernya semakin meluas, dan kesempatan sembuh semakin kecil.  

Kanker payudara menunjukkan gejala, seperti terdapat benjolan, keluar cairan yang tidak normal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada ibu yang tidak hamil atau tidak sedang menyusui.

Selain itu, ada perubahan dan besarnya payudara, serta kulit, putting susu dan aerola melekuk ke dalam atau berkeriput.  

Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum diketahui, tetapi  ada faktor risiko yang memicunya.

Di antaranya, mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, tidak menikah, tidak pernah melahirkan anak, tidak menyusui anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, mengalami mati haid setelah usia 50 tahun, serta genetik. [D-13]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar